Kenangan


MAULANA RACHMAT ALI HAOT –
MUBALIGH AHMADIYAH PERTAMA
Saya ingin menyampaikan beberapa cerita mengenai berbagai kejadian yang diceritakan oleh orang tua-tua dan pengalaman pribadi dengan Mubaligh Jemaat Ahmadiyah. Mudah-mudahan cerita ini dapat menambah keimanan dan bermaat bagi kita semua. Dalam tulisan saya ini mungkin ada yang kurang tepat sehingga saya terbuka untuk mendapatkan koreksi.

Mlv Rachmat Ali adalah mubaligh Ahmadiyah Qadian yang pertama datang ke Indonesia. Banyak sekali cerita dan pengalaman para sesepuh di jemaat dan  para sahabat Mlv Rachmat Ali juga sudah wafat. Sebagian besar menyampaikan cerita pengalaman mereka dengan rasa terharu dan kecintaan yang besar terhadap Sang Guru Mlv Rachmat Ali HAOT.  Mlv Rachmat Ali adalah seorang mubaligh yang mengorbankan dirinya untuk menyampaikan pembaharuan Islam dan penyebaran paham Ahmadiyah di Indonesia. Sebagai murid  dari Hazrat Mirza Ghulam Ahmad beliau berpisah dengan keluarga tercinta selama 25 tahun untuk menyebarkan kebenaran Imam Mahdi.

Kisah-kisah mengenai Mlv Rachmat Ali adalah sebagai berikut.
  
1. Hujan dihentikan

Hampir semua Ahmadi pernah mendengar cerita mukjizat doa yang dilakukan oleh Mlv Rahmat Ali HAOT. Pada suatu masa terjada pelaksanaan diskusi antara Mlv. Rahmat Ali HAOT dengan seorang pendeta kristen Bandung. Perdebatan berlangksung sangat sengit dan seperti biasa semua argumentasi sang pendeta dapat dipatahkan oleh Mlv Rachmat Ali.

Pada saat perdebatan berlangsung tiba-tiba terjadi turun hujan yang sangat lebat. Sang pendeta yang sudah terdesak dalam perdebatan tiba-tiba mengatakan kapada Mlv. Rahmat Ali HAOT :” jika anda memang seorang yang benar maka coba tuan hentikan hujan ini.” Mlv Rahmat Ali HAOT langsung menyambut dan berkata :” baik.” Dan beliau langsung berdoa dihadapan hadirin. Setelah doa beliau lakukan tiba-tiba hujan berhenti.

Apa yang terjadi dengan sang pendeta? Pendeta tersebut tidak mengakui mukjizat doa yang diperlihatkan oleh Mlv. Rahmat Ali HAOT. Dia menganggap kejadian hujan berhenti hanyalah suatu kebetulan. Memang seseorang untuk dapat menerima kebenaran diperlukan karunia dari Allah SWT.

2. Kedatangan Rizki.

Bapak saya R. Boenjamin adalah murid dari Mlv Rahmat Ali HAOT. Bapak bercerita bahwa beliau selalu rajin ke petojo untuk sholat dan bertemu dengan sang Guru Mlv Rahmat Ali HAOT yang dicintainya. Suatu saat Mlv. Rahmat Ali mengatakan kepada bapak bahwa beliau sudah lama tidak makan enak. Spontan bapak mengajak Mlv Rahmat Ali untuk jalan mencari makan di luar. Mlv. Rahmat Ali kemudian bersabda kepada bapak:” tidak, tuan duduk saja disini nanti insya Allah akan datang rizki.” Karena itu bapak kemudian duduk saja dan tidak mengerti apa yang akan terjadi. Tidak berapa lama terdengar suara seorang ibu lajnah datang dan mengucapkan salam :” Assalamualaikum.” Apa yang diucapkan oleh Mlv Rahmat Ali HAOT menjadi kenyataan. Ibu lajnah itu membawa makanan berupa masakan ayam yang lezat untuk disampaikan kepada sang guru yang dicintainya Mlv Rahmat Ali HAOT. Masya Allah.

3. Mimpi Mlv Rahmat Ali HAOT

Bapak saya pernah menceritakan suatu kejadian dimana Mlv Rahmat Ali menyatakan penyesalannya. Salah seorang murid Mlv Rahmat Ali HOAT adalah Embun Abdullah. Beliau adalah orang yang sholeh dan saya selalu sering bertemu beliau di Mesjid Balikpapan. Bapak saya menceritakan bahwa pada waktu Embun Abdullah menikah Mlv Rahmat Ali HAOT nampak kurang setuju tapi beliau tidak melarangnya. Namun demikian Mlv Rahmat Ali merasa beliau telah memperlihatkan rasa ketidak senangannya kepada isteri Embun Abdullah. Suatu saat Embun Abudullah sakit dan Mlv Rahmat Ali HOAT memperhatikan bagaimana bakti dan kesetiaan isteri Embun Abdullah. Pagi, siang dan sore isteri Embun Abdullah selalu dengan setia datang ke rumah sakit membawa masakan untuk suaminya tercinta. Hal ini tidak pernah luput dari perhatian sang Guru. Pada suatu siang isteri Embun Abdullah mengalami musibah kecelakaan yaitu dilindas Trem pada saat membawa makanan untuk suami tercinta. Kejadian ini sangat memukul Mlv. Rahmat Ali HAOT. Beliau menyampaikan kepada bapak saya bahwa beliau sangat menyesal. Mlv Rahmat Ali menyatakan bahwa beliau pernah bermimpi dan melihat isteri Embun Abdullah meninggalkan suaminya. Mlv. Rahmat Ali HOAT sangat yakin bahwa mimpinya akan menjadi kenyataan bahwa isteri Embun Abdullah akan meninggalkan suaminya. Tetapi beliau telah salah menafsirkan mimpinya bahwa isteri Embun Abdullah akan meninggalkan suaminya karena tidak setia. Hal ini telah menyebabkan Mlv Rahmat Ali HAOT menyesal dan menyatakan bahwa isteri Embun Abdullah adalah wanita yang baik dan setia serta beliau selama ini telah keliru menafsirkan.

4. Neraca Trading Company

Bapak saya R. Boenjamin pernah menceritakan mengenai Neraca Trading Company. Kisah ini tidak sebenarnya tidak begitu enak untuk diceritakan. Tetapi kisah ini merupakan kisah untuk Jemaat Indonesia yang perlu dicatat. Neraca Trading Company dibentuk oleh Mlv. Rahmat Ali dengan tujuan untuk membiayai penerbitan buku-buku Jemaat. Perusahaan ini telah berhasil menerbitkan beberapa buku karya Mlv Rahmat Ali HAOT. Dari cerita bapak saya menangkap perusahaan ini baru pada perkembangan awal sehingga belum dikelola dengan baik. Keberadaan persahaan ini menimbulkan polemic antara Mlv. Rahmat Ali HAOT dengan mubaligh-mubaligh markazi lainnya. Hampir semua mubaligh markazi menentang keberadaan Neraca Trading Company. Polemik ini berkisar pada masalah manajemen dan transparansi keuangan Neraca Trading Company. Akibat polemic ini kemudian para mubaligh markazi melakukan komunikasi kepada Hazrat Khalifah II. Kemudian diputuskan oleh Huzur ke II Mlv. Rahmat Ali HAOT ditarik kembali ke pusat. Bapak bercerita bahwa Mlv. Rahmat Ali pernah berkata:” Mereka akan menyesal.” Saya pernah bertanya siapa saja yang menentang Neraca Trading Company. Bapak menjelaskan: “ banyak” Beberapa murid Mlv. Rahmat Ali yang sering diungkapkan membantu beliau dalam penulisan buku yang diterbitkan oleh Neraca Trading Coy antara lain Raden joesoef Ahmadi, A. Bachtiar Martapoera, Raden Boenjamin, Ahmad Satiri, Moh. Yaqin Munier, dan kadang-kadang Abdoerahman, Moertolo, dan Ahmad Soepardja. Untuk dukungan upaya mencari pembiayaannya disebutkan oleh Mlv. Rahmat Ali adalah Soepardja, Joesoef, Djakaria, dan Soedarma. Beberapa nama disebutkan memberi sokongan keuangan dalam penerbitan adalah R. Goemiwa Partakoesoema, Lurah Ata dan Rasyid. Pekerjaan Pencetakan dilakukan oleh Soepardja, Djakaria dan Moh. Jaqin Munier. Nama lain yang disebutkan juga memberikan bantuan adalah Raden Kartaatmadja, Emboen Doellah, Bachroem Rangkuti, M Saleh bin Charis, Soelaiman Hasan Bisri.

5. Kecintaan Murid-murid Mlv. Rahmat Ali HAOT kepada Gurunya.

Dari Rahim Panturu saya mendengar kisah bagaimana kecintaan murid-murid beliau kepada Mlv Rahmat Ali HAOT. Rahim rekan saya itu mendengar cerita ini yang dikisahkan oleh alm Dji An Sulaiman yaitu ayah dari Saleh Dji An dan Siddik Dji An. Menurut Rahim profesi Dji An Sulaiman adalah pemangkas rambut dan Mlv Rahmat Ali senatiasa dipotong rambunya oleh Dji An Sulaeman. Dikisahkan bahwa menjelang kepulangan Mlv Rahmat Ali HAOT ke Rabwah berita itu telah menjadi pembicaraan dikalangan Jemaat. Namun kepastian kepulangan beliau baru diperoleh setelah ada telegram dari Hazrat Khalifatul Masih ke II dari rabwah Pakistan. Dengan adanya kepastian ini salah satu dari murid beliau diataranya Satiri rekan-rekan murid beliau lainnya seperti Djia An, Abdul Rachman, Sulaeman membuat goresan di dinding untuk mengitung hari keberangkatan sang guru yang dicintai.

Pada hari keberangkatan semua murid-murid beliau mengantar guru yang dicintai ke pelabuhan Tg Priok. Mereka mengantar hingga keatas kapal dan semua merasakan sangat berat dan gelisah melepas Mlv Rahmat Ali HAOT yang sangat dicintai para murid-muridnya. Saat pluit tanda keberangkatan berbunyi pun mereka masih belum mau berpisah dengan beliau. Hingga akhirnya pada pluit tanda keberangkatan ketiga dengan perasaan sedih dan haru tak terhingga para murid-murid ini harus turun dari kapal. Mereka terus berdiri memandang kapal yang mulai bergerak menjauh ke tepi ufuk horizon hingga akhirnya mulai hilang dari pandangan mata. Dji An almarhum bercerita pada Rahim Panturu bahwa para murid ini masih belum dapat melepas dan mereka terus berusaha untuk memandang kapal yang membawa sang guru ke tanah airnya. Mereka naik keatas gedung pelabuhan sehingga mereka masih dapat kembali melihat kapal yang ditumpangi guru. Ramai mereka memandang kapal itu sehingga kapal itu kembali menjauh dan menghilang. Setelah itu mereka kembali naik keatas atap gedung yang lebih tinggi sehingga mereka dapat kembali menatap kapal yang menajuh itu sehingga akhirnya hanya dapat terlihat kepulan asap kapal. Pada waktu kapal itu sudah tidak dapat terlihat lagi baru mereka ingin pulang dan tanpa disadari waktu telah menjadi malam.

Dari cerita ini kita dapat mengetahui bagaimana kecintaan para murid beliau kepadanya. Bagi saya cerita ini bukan mengherankan karena Bapak saya R. Boenjamin almarhum sudah terlalu sering menceritakan kecintaannya kepada gurunya yang mulia itu. Saya hingga sekarang masih dapat mengingat rasa duka dan cinta di wajah Bapak apabila bercerita mengenai Mlv Rahmat Ali HAOT.

6. Kemuliaan Jiwa Mlv. Rachmat Ali HAOT

Rahim Panturu menyampaikan kepada saya cerita mengenai pengalaman R. Moertolo SH alm., yang semasa akhir hidupnya menjabat Ketua PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan pernah menjabat Jaksa Tinggi dan Jaksa Agung Muda. Cerita ini diceritakan langsung oleh R. Moertolo SH. kepada Rahim Panturu dengan penuh linangan air mata.

R. Moertolo SH bercerita bahwa pada waktu beliau akan mengambil ujian untuk mendapat gelar sarjana hukum Mister in de Rechten, beliau memerlukan biaya yang cukup besar. Dalam keadaan yang mendesak itu beliau datang kepada sang guru Mlv Rachmat Ali HAOT di Mesjid Jl. Balikpapan untuk meminjam uang yang diperlukannya itu. Sang Guru setelah mendengar permintaan muridnya ini meminta untuk menunggu dan beliau masuk kedalam. Setelah lama menunggu akhir Mlv Rachmat Ali HAOT keluar dan menyerahkan uang yang akan dipinjam itu kepada R Moertolo SH.

Setelah menerima uang itu, kemudian R. Moertolo diberitahu bahwa Mlv Rahmat Ali HAOT tadi keluar dari pintu belakang dan pergi ke kawannya seorang bangsa Sheik di Pasar Baru untuk meminjam uang. R. Moertolo SH baru menyadari mengapa beliau menunggu sangat lama sekali dan rupanya Sang Guru telah berusaha menolongnya dan tidak mau memperlihatkan situasinya yang juga tidak memiliki uang kepada muridnya sehingga keluar dari jalan belakang. Pada saat yang sama R. Moertolo juga diberitahu bahwa Sang Guru sebelum bertemu dengan R. Moertolo baru saja mendapat berita dari Pakistan bahwa anak yang dicintainya meninggal dunia. Mlv. Rachmat Ali sangatlah mulia hatinya dan penuh dengan pengorbanan. Dalam keadaan duka hati yang sedih karena kehilangan putra tetapi beliau tetap berupaya untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya.

Menurut Rahim R. Moertolo berkali-kali bercerita hal ini kepadanya dan selalu beliau menyampaikannya dengan penuh linangan air mata. Kita doakan kepada Allah SWT untuk membalas seluruh kebaikan dan amalan Mlv Rachmat Ali HAOT kepada jemaat dan bangsa Indonesia. Amin.
(Sumber : http://redseahawk.blogspot.com/2009_07_01_archive.htmlDiposkan oleh Boenjamin)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar