Banten: Setelah Tragedi Cikesik 2011, Banjir Dahsyat 2012 Menyapu
Bumi Para Jawara
Laporan : AA Daeng Patunru’
Banten, medio Januari 2012
Burung
Blekok dibelakang Puing Rumah Misi Cikeusik sesekali berteriak risau. Saya
masih galau . Seperti dulu, diawal pertablighan Banten, saya duduk dibibir
jembatan Cibaliung, yang hanya berjarak 50 meter dari reruntuhan Rumah Misi
Cikeusik.
Jembatan itu
kini sudah diperbesar dan lebih panjang, namun Rumah Misi-halamanya mulai
ditumbuhi semak belukar. Police Line sudah hancur. Bekas2nya masih melingkar
kecil di pohon rambutan depan rumah misi. Bergayut masai. Pohon rambutan juga
mati setengah badan, sementara ranting kecil mulai tumbuh disela-sela ketiak
bawah sisa batangnya.
Tiada lagi
daun jendela dan pintu. Mlompong begitu
saja. Hanya Ayam dan Bebek tetangga yang masih rajin mengais cacing dipekarangan ,yang menjadi saksi bisu- anarki
buah konflik Fantasi Religius tak berujung. Kondisi rumah mirip bangunan yang
bekas terkena bom dijaman perang. Jalan aspal yang baru dibangun, menjadikan
kendaraan bermotor yang lalu lalang kian kencang saja. Tak ada lagi yang peduli
pada bangunan yang pernah menggugat dunia itu.
Nyaris sedahsyat Bencana Krakatau
Karuhun Tetua
Banten menggambarkan, Banjir Bah yang merendam rumah2 , jalan2 dan
menghancurkan sawah ladang para petani, sebagai bencana yang kedahsyatanya
hanya terkalahkan bencana ledakan Gunung Krakatau beberapa decade lalu.
Kakek berusia
135 tahun itu, dulu pernah menjadi saksi saat Gunung di selat sunda itu
Meriang dan memuntahkan gelombang
Tsunami. Ketika kini banjir bah kembali melanda Banten, sambil mengunyah sirih,
orang tua itu berujar ; apapun yang terjadi –jangan tinggalkan Banten, karena
mungkin ini pertanda kedatangan Ratu Adil sudah dekat.
Benarkah Ratu
Adil sudah dekat ? Faktanya Kadu, Duren- yang dulu jadi andalan buah unggul
hasil Bumi Banten, yang tumbuh subur di tiap desa, kini nyaris punah. Bahkan
perahu Nelayan sumbangan team tabligh awal Banten bagi para Mubayi’ien, yang
berbobot 17 ton itupun telah tenggelam ditelan gelombang ombak Pantai Selatan.
Adakah yang tersisa selain Doa?
(aadp/kk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar