Ir. Qoyum, Sang Pencerah
Judul diatas bukan isapan jempol. Ditahun 1990an, Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dilanda krisis, karena kemarau panjang. Sejumlah Waduk
penting yang menggerakkan turbin PLN kering. Jika dalam satu minggu tak segera
turun air dari langit, maka hampir dipastikan seluruh Jawa dan Bali terancam
Mati Listrik.
Direktur PLN
ketika itu, kebetulan cukup dekat mengenal Pak Qoyum, yang memang populer
dikalangan aktivis Energi Nasional. Bahkan di sejumlah Negara Anggota OPEC,
penghasil minyak dunia, putra Mln Abdul Wahid itu sering dijuluki Praktisi
Energi yang religius. Pasalnya, setiap ada masalah disekitar urusan perminyakan
dan Gas, yang tak mampu diatasi secara teknis, para kolega Pak Qoyum selalu
minta agar dido’akan. Dan biasanya, setelah itu , sejumlah masalah menjadi
beres.
Nah, berdasar
pengalaman itu, Direktur PLN, dalam kesempatan kumpul-kumpul dengan sejumlah
pejabat lainya, meminta agar Pak Qoyum berkenan mendo’akan, supaya kemarau
segera berakhir, dan hujan memenuhi waduk-2 , untuk menggerakkan mesin PLN.
Dengan tenang
Pak Qoyum menjawab, ya kalau minta do’a, buat lah surat secara resmi, karena
saya kan harus secara resmi pula memohon do’a ke Imam saya. Maksutnya ke Huzur
ke IV ra.- ketika itu.
Seperti biasa,
singkat cerita, tak lama setelah surat permohonan dari Direktur PLN diterima,
Pak Qoyum segera terbang ke London, untuk memohon do’a kepada Hazrat Mirza
Taher Ahmad, Khalifatul Masih IV atba. Aktivitas mondar mandir ke London untuk
mohon do’a di zaman Huzur ke IV ra, sudah nyaris tak terhitung bagi Pak Qoyum.
Termasuk setiap saat ada gonjang-ganjing harga minyak OPEC yang mengancam
perekonomian Indonesia, selalu Pak Qoyum kebagian tugas sowan Huzur IV ra untuk
mohon do’a.
Kembali ke soal
krisis PLN, setelah sowan Huzur IV ra, memohon doa, dan tentu untuk banyak urusan yang lain pula, Pak
Qoyum bergegas kembali ke tanah air. Menjelang
mendarat di Sukarno Hata, dari jendela pesawat Pak Qoyum melihat awan
putih bergaris-garis dilangit Jakarta. Itu artinya, hujan benar-benar telah turun,
dan selamatlah nasib Direktur PLN. Karena kalau tak turun hujan dan Jawa mati
listrik, sang Direktur PLN bisa dipecat!
Nah, disamping
menyelamatkan nasib Direktur PLN, Pak Qoyum juga membuat cerah banyak fihak ,
yang kehidupanya sangat tergantung pada hidup ”Cerahnya” listrik Jawa Bali. (Kisah ini dituturkan mantan Durut PGN,
Ir.A.Qoyum, pada kesempatan daras subuh, saat I’tikaf di Masjid Nashr.-nks.-11/10/08
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar